Thursday, December 29, 2016

Selamat Hari Pahlawan


pada tanggal 10 November, kita bersama-sama memperingati Hari Pahlawan. Perjuangan mereka akan terus di ingat sebagai usaha kita untuk menjadi putra dan putri bangsa terbaik.

Peringatan Hari Pahlawan menurut gw bukan hanya memperingati para pahlawan yang telah gugur dalam perang, tapi juga memperingati para pahlawan yang telah memberikan gagasan luar biasa pada bangsa ini.

Sumpah Pemuda merupakan salah satu gagasan yang melampaui zamannya waktu itu, Gagasan menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional begitu brilian, mampu mengangkat kebhinekaan menjadi tunggal ika.
Bahasa Indonesia menjadi bukti bahwa bangsa kita bisa!

Tanya Waktu
“kapan?”
Entah
Saat-saat tak menentu
Pikiran bodoh
“salah isi mungkin”
Ahh sadarlah
Tak perlu hanyut dalam buaian fikiranku sendiri
Waktu?
Akan tiba nanti
Keyakinan, ya keyakinan lebih berarti
Harta terbaik
Karna keputusasaan mengejar
Tak perlu lari
Tak perlu lari mengejar yang tak sampai
Sampai kapanpun
Ia tak kuperkenankan tuk sampai
Tanya waktu
Kapan?
Akn tiba saatnya nanti

Tentang tulisan ini:
Ada saat dimana gw yakin pada suatu hal, cuman engga tau pasti kapan. Ini bukan curhatan ketika ditanya kapan lulus yah ??????

Mengenang waktu
Kapan pertama kali kita bisa berjalan?
Aku tak ingat
Kapan pertama kali kita bertemu
Aku lupa
Kapan pertama kali senyumanmu ada dihatiku?
Aku nggak tahu
Sejak kapan aku melupakanmu?
Entah kenapa seperti terasa kemarin sore
Jujur, aku bahkan seperti tak mengenalmu
Entah kenapa dirimu hilang begitu saja
Entah kenapa dirimu seperti yang lain disetiap jalan yang aku susuri
Hanya lewat sekejap
Lalu menghilang
Mengharap kembalipun aku tidak
Seperti kepingan daun yang jatuh ke sungai
Terbawa arus dan lenyap
bak sunyinya malam dan hiruk pikuk siang
Hanya berlalu begitu saja
Bodoh, aku sendiri tidak mengerti
Tapi ya sudahlah
Aku hanya orang yang lupa
Kali ini biarlah
Biar waktu yang mengenangmu
Bukan aku

Judulnya masih dicari…
Hatiku dingin
Sedingin embun yang jatuh dari daun
Begitu dingin sampai ketika kamu menggoyang pohon kamu akan basah karenanya
Tak mengapa hatiku dingin
Sedingin-dinginnya embun
Ia tetap jernih
Tak mengapa hatiku dingin
Asal tak sedingin air hujan
Karna saat hunjan jatuh
Kamu bisa saja sakit karenanya
Meski dingin
Ia hanya sebentar saja
Karna saat mentari menyingsing
Titik-titik embun yang dingin
Akan menghilang lalu pudar
Yah begitulah hati
Mungkin saat ini saja sedang dingin
Nanti mungkin saja berbeda